Analisis unsur intrinsik puisi "ISA"
Itu Tubuh
mengucur darahmengucur
darah
rubuh
patah
mendampar Tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca
dalam darah
terbayang
terang di mata masa
bertukar
rupa ini segara
mengatup
luka
aku bersuka
Itu Tubuh
mengucur
darah
mengucur
darah
( Chairil Anwar,
Deru Campur Debu )
Gaya bahasa yang terdapat pada penggalan puisi tersebut adalah:
§ Majas hiperbola pada larik
“mengucur darah” karena melebih-lebihkan penderitaan yang dialami Isa.
§ Patah: hiperbola
§ Majas anafora: mengucur darah
· Citraan
Pada puisi isa diatas terdapat citraan penglihatan dan citraan perasa,
citraan penglihatan terdapat pada bait pertama, yaitu:
Itu Tubu
mengucur darah
mengucur
darah
Dan citraan
perasa pada bait ketiga, yaitu:
mendampar
tanya: aku salah?
d.
Baris dalam puisi
Baris-baris atau larik pada puisi diatas adalah:
I.
Baris pertama
terdiri atas dua kata (itu tubuh): pengarang
mengungkapkan kebahagiaanya kepada tuhannya (isa) karena isa memiliki tubuh
yang perkasa
II. Baris kedua dan ketiga juga
terdiri atas dua kata (mengucur darah): pengarang bahagia karena melihat darah mengucur (dosa-dosanya penyair
mengucur bersama darah)
III. Baris
keempat hanya satu kata (rubuh): menandakan kebahagiaan penyair karena
dosa-dosanya telah hilang/rubuh.
IV. Baris kelima juga satu kata (patah): mempertegas kata rubuh yang berarti dosa-dosanya telah hilang.
V.
Baris keenam terdiri atas empat kata: mendampar tanya: aku salah? Berarti penyair merasa bahagia karena dia sudah
menyadari akan dosa-dosanya.
Bait dalam puisi
Pada
penggalan puisi di atas ada tiga bait yang masing-masing bait jumlah barisnya
berbeda, bait pertama terdiri atas tiga baris, bait kedua dua baris, dan bait
ketiga satu baris.
Enjambemen
Enjambemen terdapat pada kata:
Itu Tubuh
mengucur darah
dan pada kata:
rubuh patah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar